Rabu, 19 Januari 2011

Akhlaq

Akhlaq

A. Defenisi
Secara Etimologi (asal-usul kata), kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang kata dasarnya diambil dari kata “ Khuluqo “ , sedangkan lafazh “Akhlaq” itu merupakan bentuk jamak. Lafzh ini mengandung nuansa makna : tingkah laku/pola, prilaku, sikap, kebiasaan, budi pekerti, etika, moral, perangai, watak kepribadian dan lain sebagainya.

Secara terminology (istilah), para ahli banyak yang sepakat dengan pola fikir Imam Al-Ghozali bahwa Akhlaq itu ialah Daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi (Al-Ghozali).

Secara Qurani Cuma ada dua kali saja  disebut dalam Al-Qur’an yaitu         QS. ‘Asy-syu’ara 26: 137 dan QS. Al-Qolam  68:4. penjelasannya sebagai berikut :
  1. Dalam QS. ‘Asy-syu’ara (26) ayat 137  cenderung negative, sebab isinya merupakan tanggapan negative Kaum ‘Ad terhadap Da’wah Nabi Hud as, lewat pernyataan : Ini tiada lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu. 
F     Kata “Khuluq” di sini diterjemahkan dengan : adat kebiasaan
  1. Dalam QS. Al-Qolam (68) : 4  berisi pernyataan dari Allah terhadap Muhammad Rosulullah, yaitu : dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung/luhur.
F     Kata “khuluq” disini diterjemahkan dengan :  pekerti.

Kesimpulannya : ada dua makna akhlaq yang dituangkan Al-Qur’an yaitu  pekerti yang sarat dengan makna ke dalam (in side) dan ke dua kebiasaan yang sarat dengan nuansa tingkah laku/prilaku yang keluar. Pada Akhlaq tercermin sikap dan prilaku. Semua prilaku adalah ungkapan dari dalam diri. Jadi bisa disimpulkan bahwa Akhlaq  adalah
  •  suatu prilaku yang lahir dari dalam (jiwa, hati) sebagai perwujudan diri kita sendiri.
  • Atau ungkapan diri yang bisa tertuang lewat qoulun maupun fi’lun yang berangkat dari (dimotivasi oleh) Qolbu.
  •   Singkatnya  Ekspresi diri lewat ucapan maupun perbuatan yang dimotivasi oleh jiwa/hati.

Kita contohkan saja, Jika prilaku yang keluar dari diri adalah mencuri, jiwa atau hatinya lah yang mendorongnya. Bagaimana wujud dirinya ? jawab : dirinya mewujud jadi pencuri.
Secara Sunnah Rosul          
Hadits :
Nawwas bin sam’aan al-anshori berkata : aku bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang  kebajikan (Al-Birru) dan dosa (al-itsmu). Maka beliau bersabda : kebajikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa saja yang mencemaskan/takut dan tidak suka dilihat oleh  orang (disembunyikan).

Hadits:
Rosulullah memberi nasehat kepada Mua’adz bin jabal  : hendaklah kamu berbudi pekerti yang baik sebab orang yang paling baik akhlaknya adalah mereka yang paling baik agamanya.

Akhlak adalah ukuran agama seseorang, Akhlaq yang baik sebagai pertanda baik pula dia dalam agama. Dari agama yang baik ini lahirlah bermacam-macam kebajikan, sedang kebajikan itu sendiri adalah akhlaq yang terpuji/baik.  


B.     Pembahasan

Membahas bab Akhlaq, maka harus dipandang dari dua tinjauan yaitu
  •   Ditinjau dari Jenisnya, akhlah ada dua jenis (sebagai justifikasi) yaitu : 1. Akhlaq karimah/mahmuudah (terpuji) 2. Akhlaq madzmumah (tercela).
  •    Ditinjau dari hubungannya, akhlaq diarahkan kepada tiga hubungan yaitu   1. Akhlaq kepada Allah.  2. Akhlaq kepada sesama manusia,  3. Akhlaq kepada Alam  (hayati : hewan & tetumbuhan, Non hayati : tanah, air, laut dsb).


Pembahasannya kita satukan sebagai dua hubungan yang tak terpisahkan bahwa Bahagian jenis akhlak dijadikan sebagai penjustifikasi mana akhlaq yang terpuji dan  yang tercela = dijadikan standar nilai (furqon/pembeda) bagaimana berakhlaq (berhubungan) kepada Allah, manusia maupun kepada Alam. 
Tekanan bahasan ini adalah pada Akhlak yang terpuji dan tercela dalam hubungannya dengan Allah, manusia dan alam. Hanya saja dikarenakan terlalu sempitnya waktu yang diberikan serta luasnya bahasan akhlaq ini, maka pemateri hanya akan mengangkat beberapa jenis akhlaq saja, semata-mata hanya untuk memperdalam focus pemahaman, antara lain : Sombong >< Tawadhu’, Dusta >< Jujur, Khianat >< Amanah, Kufur >< Syukur . 
Upaya yang mau diajarkan adalah mengobati kejelekan akhlaq  dengan menyelesaikan atau   mengatasi sesuatu dengan kebalikannya, yaitu akhlaq yang tercela dilawan akhlaq yang mulia.
Motiv bahasan Akhlaq ini adalah dalam rangka memperbaiki (Ishlah) hubungan kepada Allah, manusia, dan Alam semesta. Jadi langsung metodenya diarahkan pada praktek, dan menjawab apa yang ditanya .

Adapun akhlaq yang diangkat ke permukaan adalah mengenai :

1.    Sombong lawannya tawadhu’
Sombong Ini akhlaq tercela, sedikitpun tiada manfa’atnya. Yang sombong, azab Allah ancamannya. Dari Abu Said Al-Khudry dan Abu Hurairoh berkata: Rosulullah saw. pernah bersabda : kemuliaan adalah kain-Nya, dan Kesombongan adalah selendangNya. Siapa saja yang menyaingiKU , Aku akan mengazabnya.

Tapi bagaimana sombong itu ?
Sombong itu adalah sikap arogan terhadap kelebihan dirinya, membanggakan diri, memuji diri, merendahkan orang lain (memandang remeh, bukan belas kasih),

Lawan dari Sombong adalah tawadhu’ yaitu merendah diri pada ketentuan-ketentuan Allah,. Bukan karena minder, hina tapi karena kesadaran  diri yang tinggi bahwa dia bukan apa-apa dibanding SANG PENCIPTA-nya. Dia cuma hamba, Allah lah Tuhannya. Berhadapan dengan Allah, tiada lain Allahu Akbar yang lain kecil. Tawadhu’ berarti meletakkan segala atribut-atribut duniawi, seperti kedirekturannya, kepresidenannya, semua jabatan, status social, kekayaan, kepandaian dan sebagainya. Kita datang pada Allah bukan sebagai guru, ustad, kepala sekolah, ataupun  siswa. Jabatan Kepala, guru, dan siswa itu hanya untuk berhadapan dengan sekolah. Sedangkan Ini kita berhadapan dengan Allah, bukan dengan manusia lagi, jadi status sosial harus ditanggalkan. Berhadapan dengan Allah jangan anggar atribut, sebab Allah punya proper name yang Serba Maha. Sujudlah padaNya  sebagai Hamba.

Tugas tugas kita mencek diri:   Adakah kebanggaan (nilai lebih) yang membuat jadi congkak lantas jadi merendahkan/menghina yang lain. Bila ada itulah sombong.  Iblis pun dulu begitu : QS:7:12 -13, hingga tak mau sujud dengan Ikhlash.




Ayat 12. Allah berfirman : Apakah yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku memerintahkanmu ? Iblis menjawab : Aku lebih baik dari padanya, : Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Ayat 13 : Allah berfirman : Turunlah kamu dari surga itu karena kamu tidak sepantasnya menyombongkan diri di dalamnya, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang dihinakan.

Itulah Iblis, kesombongannya membuat ia terhina, bahkan terlaknat hingga hari kiamat. Bahkan Rosulullah bersabda : siapa saja yang di dalam hatinya masih ada kesombongan sebesar biji bayam, pantas baginya neraka.
Kalaupun kita punya kelebihan, baik tenaga, harta, ilmu, skil. jadikan itu untuk menolong dan menyelamatkan  sesama , berbelas kasihlah, bukan malah menghina dan merendahkan martabat orang lain.  Bahkan hingga tak mau sujud kepada ALLAH .sedang DIA-LAH YANG TERBESAR.
Jadi Sombong yang sesungguhnya adalah yang tak mau beriman dan sujud  kepada Allah dan merendahkan manusia.

Coba renungkan ungkapan ini
Merendah diri tanpa menjadi hina .
Yang tak sombong harus teruji lewat diskusi.   Apakah bisa
mengakui kebenaran pendapat orang lain saat berdebat, marahkah saat lawan bicaranya benar.  Maukah menerima kebenaran yang ada pada lawan bicara. Ini perlu jiwa besar, perlu dada yang luas, dan lapang, hanya orang yang punya jiwa besar yang bisa menampung harapan besar. Yang tak bisa/mau menerima kebenaran = Sombong. 

Apa yang dia pertahankan hingga tak mau menerima kebenaran yang datang kehadapannya, apakah harga dirinya sebagai abang, atau sebagai ketua, atau sebagai senior akan terkoyak, gengsinya sebagai ustadz atau sebagai guru akankah tercemar. Ingat bukan karena dipuji kita jadi mulia, atau sebaliknya bukan karena dicaci lantas kita jadi hina. Bukan disana letak kemuliaan  atau kehinaan. Apalagi pada harta. Nama, tahta dan segudang atribut duniawi itu.
Atribut apalagi yang dibanggakan, bila jadi penghalang untuk menerima kebenaran.

Contoh debat Ibrahim pada Raja Namrud (2:258) dan 21:52-71. Hanya karena kedudukannya sebagai raja, ternyata menghalangi Raja Namrudz dari kebenaran yang disampaikan Nabi Allah, Ibrahim. Itulah arogansi penguasa (orang yang duduk dalam pemerintahan). Tahta, membuat dia Sombong. Itu orang yang dibesarkan oleh kekuasaan, bukan dibesarkan oleh kebenaran.  Besar karena kekuasaan bukan besar karena kebenaran. Jangan andalkan kekuasaan, sebab bukan disitu letak kebesaran hakiki tersimpan, tapi ia tersimpan pada  kebenaran, berjiwa besar menerima kebenaran, bahkan tak terkungkung dengan kekuasaan.                                                                                     
                                                                                                                                          
----

2.    Jujur shidiq lawannya Dusta
Dusta itu : menyatakan sesuatu bukan yang sebenarnya, lain dimulut lain dihati, berkata dia dusta. Di zaman Rosulullah ada orang –orang yang menyatakan keimanannya : kami beriman kepada Allah dan RosulNya, padahal mereka tiada beriman pada Allah dan RosulNya, mereka coba menipu Allah dan para Mu’minin, padahal tiada yang mereka coba tipu melainkan diri mereka sendiri, Cuma mereka tak menyadarinya (2: 8-10).  Sebetulnya secara fakta : kejujuran seorang penipu tidak dipercaya sebab ia penipu , namun tipuannya bisa dipercaya (kasusnya penipu tertipu bisa dimaknai ke dalam dan keluar).  Tidak ada satu orang pun yang bisa menipu dirinya sendiri. Orang yang belajar menipu orang lain = dia belajar menipui dirinya sendiri.
Dusta  adalah satu diantara ciri khas orang munafiq.
Kasus : jual beli , kiloan di kurangi, barang ditukar kwalitasnya.

Lain halnya dengan Jujur. Jujur itu : mengutarakan sesuatu sesuai faktanya (apa yang ada), walau dengan resiko sepahit apapun. Sekarang sulit ketemu orang jujur seperti ini. Yang banyak adalah orang yang menutupi yang sebenarnya. Prakteknya banyak main belakang seperti : yang korupsi. Bila jujur orang ini terbujur. Kalau begini, jujur dalam pandangan kita hina dan rendah, jujur kok jadi minder.
Kalau dilihat kata Sidqun (jujur) dekat sekali dengan Shiddiq (membenarkan/meluruskan) berarti Jujur itu menyangkut dengan kelurusan dan kebenaran yang sesungguhnya. Jujur namanya bila ada kebenaran yang diungkap/disingkap selurus-lurusnya, tiada yang disembunyikan.  Sesungguhnya keJujuran itu sudah ada, Cuma menjujurkannya ini yang sulit, kita tak punya nyali /keberanian. Jadi Jujur itu butuh keberanian, keberanian mengungkapnya dan menanggung jawabi  segala resiko kejujurannya. Tindak lanjuti kejujuranmu, dengan cara yang benar, bisa minta ampun, bisa mengutarakan salahmu, bisa pula memperbaikinya, jangan kamu biarkan kejujuranmu itu. Sebaliknya Yang tak jujur/dusta = pengecut orangnya, tak bernyali.
 

 jujur itu sulit bila hal yang dipersoalkan adalah rasa malu, terutama malu mengakui kelemahan, kebodohan, ketidaktahuan dan kesalahan  diri sendiri.Apalagi harus disuruh mengungkapkannya di depan umum walaupun forumnya dikondisikan. Tapi mengungkap itu butuh keberanian dan jiwa yang besar, tak semua orang memilikinya. Bersyukurlah kita karena bisa jujur karena hal itu sendiri bisa mengangkat beban jiwa satu sisi dan sisi yang lain bisa mengatasi persoalan kita .




3.          MEMA’AFKAN >< DENDAM
“afwa”   artinya menghapuskan hukum balas  atas kesalahan yang diperbuat. Allah berfirman :

Jikalau kalian memaafkan, itu lebih dekat kepada ketaqwaan.



  
4.          KHIANAT >< AMANAH
Khianat itu mengkhilafi kepercayaan. Khianat artinya bercidera. Orang yang berkhianat berarti menciderai kepercayaan.  Khianat satu dari ciri Munafiq, idza tu’mina khona. Bila dipercaya dia mengkhianatinya.
Allah berfirman dalam QS.8:27.
Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu berkhianat kepada Allah dan Rosul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya.

Kesimpulan ayat :
Ada larangan berkhianat pada Allah, Rosul dan amanah yang dipercayakan. Kalau begitu khianat atau amanah itu menyangkut soal apa ? Jb : soal iman (kepercayaan). Bersikap dan berprilaku membelot/berseberangan dari kepercayaannya (Imannya).
Jaman penjajahan ungkapan pengkhianat bangsa  sama artinya keberpihakannya kepada bangsa lain, prilakunya  membela dan membantu menghancurkan bangsa sendiri, bisa lewat menyerahkan dokumen Negara kepada pihak lawan, bahkan menjual negara  dsb.
Contoh ke kita, kamu berteman akrab, semua rahasia tahu. Kita cerita rahasia kita itu kan karena kita percaya padanya, kalau tidak buat apa cerita bodoh namanya (menjerumuskan diri sendiri). Lalu satu saat dia ceritakan rahasia itu pada orang yang memusuhimu (dia menjual rahasia kamu dengan musuh supaya kamu bisa dikalahkannya).
Rosulullah   

Kasus Pengkhianatan dalam sejarah ajaran Agama banyak. Ada Istri berkhianat pada suaminya (padahal suaminya adalah Nabi Allah : 66:10) mereka itulah Istri Nabi Nuh dan Luth.

Rosulullah bersabda :
Tidak sempurna keimanan seseorang yang tidak bersifat amanah dan tiada sempurna agama seseorang yang tidak dapat menepati janji/komitmen.

Kelak kita sambung lagi