Jumat, 01 Maret 2013

Polemik Pol itik

politik, politik .. betapa parah mental bangsa ini, Mulut sudah berucap kelakuan masih tak bisa dipertanggung jawabkan. Entah mana yang bisa dipegang. Kata memang tak jaminan, manusia berubah seiring keinginan dirinya. Waktu jua yang menjelaskan siapa kita sebenarnya.
Tokoh elit bangsa ini telah menjadi perampok negrinya sendiri. Tapi mukanya terus dipampangkan dan berkata : Pilihlah aku ! kita akan sama - sama membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar.  Ya, bangsa yang besar korupnya, bangsa yang bejat moralnya. 

Kalau Pemimpin  seperti itulah yang dijadikan pilihan berarti bangsa ini memang tak bisa diperecaya, sebab pemimpin pilihannya adalah yang lebih mengutamakan hal kekufuran daripada hal keimanan. Sejak kapan semua koruptor  bisa dibela, sejak kapan yang culas dielu-elukan  bagai bintang besar.Sejak kapan pula kebusukan dibalut  dan disulap menjadi kebaikan bersama !. Sejak kita merdeka ! bebas  dari kebenaran, bebas dari kejujuran, dan belajar mengikat diri dengan kenistaan dan menyatakan wajib untuk menipu dan berlaku culas.
Sekarang ini kalau tidak korupsi, dikatakan sok baik. Sekarang ini kalau tak ikut makan, dikatakan sok alim dan sekarang ini kalau tak ikut arus dikatakan bodoh.
Bukankah data itu cukup sudah kita dengar sebagai sesuatu masukan atau kritikan yang benar-benar sudah terbalik dari yang semestinya.

Politik-politik.... sudah biasa menjual yang buruk dengan bermanis mulut. sudah biasa menawarkan yang salah sebagai kebenaran hanya dengan cara menjual jabatan dan nama besar. Hah,  mata bisa tertipu tapi hati tak mungkin buta.