Selasa, 15 Februari 2011

Ummatan Wahidah: Karena duit, jadi Lupa

Ummatan Wahidah: Karena duit, jadi Lupa

Karena duit, jadi Lupa

Soal Rizki sebetulnya sudah dihamparkanNya sejak manusia belum tercipta. Buktinya adanya Alam ini sebagai Sumber yang takkan habis dikelola. Setiap manusia sudah mempunyai rizkinya masing-masing. Tinggal kita bergerak sedikit, sudah  akan  ketemu. Namun banyak diantara manusia yang memaksakan dirinya mencari rizki siang malam banting tulang peras keringat menguras semua tenaga yang ada, ternyata hasilnya dalam hitungan tidak seberapa, habis untuk hari-hari. Sementara disisi lain ada orang yang sekedar keluyuran sebentar, sudah banyak hasilnya, tapi itupun masih dalam hitung-hitungan dia sendiri. Banyak orang yang tak habis pikir akhirnya tentang persoalan rizki ini. Dikejar kali, dia pergi entah kemana. Ditunggupun tak kunjung datang,  tak intersest malah ditawarkan. Jadi bingung kan ? lah kenapa maksain diri ? kenapa kita mengejar kali ?  berangkat dari rasa apa  prilaku ini ?seolah-olah ada feeling tak dibagi oleh Allah.  Kalau begitu upaya maksakan diri itu adalah bentuk protes kita pada Allah, hadirnya dari rasa tak terima/tak legowo/tak ridho, ujungnya meronta dan tak bisa tenang. proteskan tak selalu bicara, terkadang lewat prilaku, contoh walk out sidang DPR, merajuknya perempuan, tangis, dll.

Sementara di sisi lain, sebagai hambaNya, pengabdian kita terkesampingkan dan bahkan tertinggal jauh. Akibat sikap ajula (gegabah) para pencari rizki yang menghabiskan segenap potensinya hanya untuk dunia. Demi dunia/uang jalannya dilebar-lebarkan kalau bisa jangan terkendala apapun hingga terkesan rakus dan Tamak. Tapi kalau untuk mencari makanan ruhani menuju ukhrowi jalannya disempit-sempitkan kalau bisa cari sebanyak-banyaknya alasan. 

Mendapatkannya saja sudah pakai melupakan Allah, apalagi kalau sudah didapat pastilah bisa lebih gila lagi ingkarnya. Jangan sampai karena menguber rizki (uang kan? ) isi kepala pun hanya soal cair melulu. Kenapa kita tak yakin rizki ini dibagi ?. Ketahuilah rizki takkan lari kemana, sadarkah kita akan hal ini ? jangan ragu. Rizkinya pasti bakal datang kepadanya, siapapun orangnya. kalau kita ragu gawatlah sudah kehidupan ini, bakal bengis semua manusia ini dalam mencari rizki, rampok sana, nyerong sini, hajar sana, curi sini, yang penting dapat duit. Apa tidak gawat ????.

Soal sedikit banyak itukan kata kita sendiri. Soal lambat atau cepat itukan anggapan kita saja !. Padahal manusia itu sesungguhnya benar-benar dicari oleh rizkinya sebagaimana dia dikejar oleh ajalnya.




Inikan yang kita kejar setiap hari ???????????????. Ini bukan rizki, duit hadir karena kesepakatan, tidak bisa mengganti nilai ciptaan Allah, ini cuma alat tukar tetapi mengapa ditumpuk-tumpuk bak harta berharga ?????.


Selasa, 01 Februari 2011

Pegang teguh Al-Qur'an-mu

Abu Sa'id Al-Khudri ra. telah menceritakan bahwa Rosulullah saw. pernah mengatakan dalam khutbahnya kepada kami :" Sesungguhnya tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali bagi orang orang berilmu yang bijak berbicara atau pendengar yang menyimak." Hai manusia, sesungguhnya kamu sekalian berada dalam masa perjanjian perdamaian, namun perjalanan waktu membawamu begitu cepat, sedang kamu sendiri sebenarnya telah tahu bagaimana malam dan siang membuat segala yang baru menjadi usang, mendekatkan segala kebutuhan hidup dan mendatangkan semua yang dijanjikan".
Maka berkatalah Al-Miqda kepada beliau : Ya Nabi Allah, pa maksud perjanjian damai ?
jawab nabi : Negri cobaan dan perselisihan.  Maka apabila kamu kebingungan mengenai urusan-urusanmu, seolah (tertutup) oleh kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, maka pegang teguhlah Al-qur'an itu.  karena sesungguhnya Al-qur'an itu Pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya dan saksi yang dipercaa kesaksiannya.  Siapa saja yang menjadikan Al-qur'an sebagai pemimpinnya, maka dia akan memimpinnya ke syurga. Siapa saja yang meletakkan Al-qur'an dibelakangnya  maka dia akan menggiringnya ke Neraka. Al-qur'an adalah penuntun yang paling jelas menuju jalan yang terbaik. Siapa saja yang mengucapkannya, maka benarlah perkataannya. Siapa saja yang mengamalkannya, maka ia akan mendapat pahala, dan siapa saja yang memberi keputusan dengannya, itulah hukum yang adil. (Khuthabur-rosul)